Ada yang tak biasa di langit Yogyakarta, Selasa siang 4 Januari 2011. Pukul 11.15 Waktu Indonesia Barat, penampakan Matahari tak seperti biasanya.
Terjadi fenomena halo Matahari, saat Sang Surya nampak diselubungi lingkaran yang mirip seperti pelangi. Penampakan itu membuat warga Yogyakarta heboh.
Seorang warga Yogyakarta, Rini Yuliastuti, awalnya tak menyadari kejadian itu. "Saya tahunya saat ada orang lewat naik mobil, dia memoto langit, saya bertanya-tanya, kenapa," kata dia ketika dihubungi VIVAnews, Selasa siang.
Rini juga mengaku mendapatkan pesan pendek dari adiknya yang berbunyi: "Lihat Matahari sekarang". "Belum lagi di facebook, orang-orang menulis status, 'Lihat Matahari sekarang' atau 'Matahari aneh'," tambah Rini.
Tak hanya melihat, Rini juga sempat mengabadikan fenomena itu dari telepon genggamnnya. "Saat mengambil foto, mata saya perih sekali sampai blereng (terlalu silau)," kata dia.
Rini mengaku baru kali ini ia melihat fenomena unik ini. Diceritakan dia, tak seperti semalam hujan, siang tadi, cuaca sangat cerah, bahkan panas.
"Orang-orang bertanya-tanya, ada apa yah... Apa mau ada bencana. Tapi saya pasrah saja, apapun yang terjadi. Kalaupun misalnya ada apa-apa, merasakannya bareng-bareng," tambah dia.
Fenomena halo Matahari juga pernah terjadi di Padang Kamis, 21 Oktober 2010. Warga sempat cemas karena mengaitkannya dengan peristiwa gempa besar yang pernah terjadi.
"Fenomena ini soalnya pernah terjadi sehari setelah gempa besar 30 September 2009," kata Sari, seorang warga Padang.
Tapi jangan cemas dulu. Pencerahan soal fenomena itu disampaikan oleh staf observasi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Yogyakarta (BMKG), Heru Gunawan.
Ia menjelaskan bahwa fenomena halo Matahari terjadi karena pembiasan kristal es yang berada di sekitar Matahari yang membentuk semacam pelangi.
Soal apakah halo Matahari bisa jadi petanda bencana, Heru menegaskan, tidak. "Halo Matahari fenomena alam biasa, tidak ada hubungannya dengan bencana alam, gempa misalnya," kata dia.
Demikian juga dengan awan cirrus -- yang dilaporkan terlihat sebelum gempa mengguncang Yogya tahun 2006 lalu. Kata Heru, itu adalah fenomena alam.
Halo matahari adalah fenomena yang biasa terjadi, dan bukan pertanda akan terjadi bencana alam, kata peneliti Pusat Studi Bencana Alam Universitas Gadjah Mada Yogyakarta Sudibyakto.
"Fenomena pelangi mengelilingi matahari itu tidak ada kaitannya dengan peristiwa bencana alam seperti gempa bumi," katanya di Yogyakarta, Selasa.
Menurut dia, Halo yang terlihat melingkari matahari tersebut merupakan hasil pembelokan cahaya matahari oleh partikel uap air di atmosfer. Halo terbentuk karena dispersi butir-butir es atau air pada awan sirrus oleh sinar ultraviolet.
"Pada saat musim hujan, partikel uap air ada yang naik hingga tinggi sekali di atmosfer. Partikel air memiliki kemampuan untuk membelokkan atau membiaskan cahaya matahari," katanya.
Ia mengatakan berhubung terjadi pada siang, saat posisi matahari sedang berada tegak lurus terhadap bumi, maka cahaya yang dibelokkan juga lebih kecil.
"Itu sebabnya yang tampak di mata masyarakat yang kebetulan menyaksikannya adalah lingkaran gelap di sekeliling matahari," katanya.
Menurut dia, Halo matahari sebenarnya sama dengan proses terbentuknya pelangi pada pagi atau sore setelah hujan. Lengkungan pelangi sering terlihat di bagian bawah cakrawala karena partikel uap air yang membelokkan cahaya matahari berkumpul di bagian bawah atmosfer.
"Di sisi lain, pada pagi atau sore matahari pun masih berada pada sudut yang rendah. Pada posisi yang miring itu kemampuan partikel air membiaskan cahaya lebih besar, sehingga warna-warna yang muncul juga lebih lengkap," katanya.
Ia mengatakan pada siang saat matahari pada posisi tegak lurus terhadap bumi, kemampuan pembelokan cahaya menjadi rendah sehingga warna yang terlihat sangat terbatas.
"Warnanya terlihat gelap, karena pandangan ke arah matahari juga terhalang debu, sedangkan pada pagi saat udara masih bersih, yang tampak adalah warna kemerahan," katanya.
Rabu, 05 Januari 2011
fenomena halo matahari di langit yogyakarta
18.53.00
arya kawakibi
No comments
0 komentar:
Posting Komentar